Barusan habis ngobrol dengan teman-teman seperjuangan Air Mata Ibu Pertiwi, ya intinya mengenai rencana di masa depan gitu, tapi kita jadinya justru banyakan nyinggung masa lalu, semacem learn from the past, hehe. Kebanyakan dari kita punya masa lalu yang mirip. Contoh yang dialami oleh Saya adalah sewaktu di SMP, kelas 1 dan 2 masih tidak maksimal, santai lah pokonya, tapi untungnya kelas 3 kesadaran muncul, barulah saya terpacu untuk belajar giat agar bisa masuk ke SMA favorit. Dan di SMA favorit Saya yang katanya “gaul” ini, Saya tetap saja tidak gaul.. apa yang salah ya.. eh, maaf, hehe jadi ngelantur gini. Nah di SMA ini kelas 1 dan 2 benar-benar merupakan masa keemasan dalam kebandelan Saya, apalagi sewaktu kelas 2. Bebas dari kekangan senior yang telah lulus, dan belum dihantui oleh tanggung jawab menjalani ujian agar dapat diterima di PTN impian. Tapi untungnya, kesadaran benar-benar mencapai taraf klimaks di saat yang tepat. Tekanan dari berbagai pihak disaat kelas 3 memaksa Saya untuk benar-benar belajar dengan tekun dan sungguh-sungguh, dengan disertai doa dan tingkat ibadah yang komprehensif. Baik dari orang tua, diri sendiri, keluarga besar di kampung, maupun gebetan (ups..) semua mengharapkan masa depan Saya yang lebih baik, haha. Dan alhamdulillah sampailah Saya di kampus ini.
Merasa yang paling jago se-Indonesia, membuat Saya takabur, hilang arah dan tujuan. Serasa segala macam harapan dan impian telah tercapai, doa pun jadi kendor.. naudzubillah.. Yang pada akhirnya membuat menyesal sekarang. Berbeda dengan pada waktu sekolah dulu, kesadaran selalu datang di akhir, namun di masa kuliah ini, tidak ada yang namanya akhir kecuali kita More